Daisypath Anniversary Years Ticker
Lilypie Kids birthday TickerLilypie Kids birthday Ticker


Rabu, 19 Agustus 2009

ASI, Langkah Nyata ibu untuk Indonesia yang Lebih Baik

Barusan ada yang share note di bawah ini, memang ASI is the best. Semoga semakin banyak ibu yang menyusui anaknya (dan para bapak yang memberikan dukungan untuk itu)


ASI, Langkah Nyata Ibu untuk Indonesia yang Lebih Baik.

15 Agustus 2009, tepat 21 bulan saya menyusui secara ekslusif (tanpa susu tambahan) anak perempuan saya Maleeka Kendra Adhitia atau yang biasa dipanggil Kenken. Pagi itu juga, dengan perasaan bungah saya menulis di Twitter:

Full of Joy! Today I've been 21 months breast feeding Kenken and insya Allah will continue until she is 30 months as mentioned on Qur'an. Amien.

Tak berapa lama kemudian, sejumlah ucapan selamat berdatangan dari follower Twitter saya. Tak hanya dari Indonesia, tapi juga dari Swedia, Tehran, hingga Amerika. Twitt saya juga di ReTweet atau di forward oleh sejumlah follower saya di dalam mau pun luar negeri.

Tak hanya di Twitter, melalui tulisan ini saya juga ingin berbagi secara lengkap pengetahuan tentang ASI yang sangat baik dikonsumsi anak meski sudah diatas 1 tahun dan problem yang sering dialami para ibu baru. Juga, pengalaman pribadi saya yang sempat mengalami depresi di awal bulan menyusui yang hampir berujung pada keputusan berhenti menyusui sama sekali.

Semoga, sharing saya bisa memotivasi para ibu agar menyusui anak hingga 2 tahun. Langkah nyata yang semua ibu bisa lakukan, untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Bagi yang membaca notes ini, silahkan share ke keluarga atau lingkungan agar semakin banyak anak Indonesia yang sehat dan cerdas.

****

Hanya 1 dari 1000 wanita di dunia yang tidak bisa menyusui, selebihnya adalah masalah mental, begitu kata dr Utami, pakar ASI Indonesia. Couldn’t agree more.

Menyusui pertama kali bukanlah hal yang mudah, terutama bagi ibu baru. Hal yang sama juga terjadi pada saya. Tak hanya sakit yang luar biasa karena payudara bengkak dan puting lecet, bahkan saya dulu mengalami depresi mental karena menjadi ibu baru.

Muka pucat, keringat luar biasa banyak, badan sering amis karena ASI terus mengucur deras meski sudah diperas, kurang tidur, perasaan minder karena merasa gendut dan jelek adalah beberapa list penderitaan saya waktu itu.

Saya juga tersiksa dengan penampilan saya di rumah yang saat itu 'menuntut' saya memakai pakaian yang nyaman untuk menyusui yaitu DASTER! Dulu saya membenci daster, karena buat saya meski dirumah saya harus tetap wangi dan berpenampilan menarik. Daster dan bau amis ASI adalah kombinasi sempurna untuk meruntuhkan mood saya :)

Semua situasi di atas, diperburuk dengan sikap sok idealis saya sebagai ibu baru yang ingin menangani semua kebutuhan anaknya sendiri padahal tenaganya terbatas. Bekas operasi caesar saya beberapa kali nyeri luar biasa karena saya terlalu capek beraktifitas.

Diantara sejumlah hal di atas, yang paling membuat saya gampang stress adalah semua yang terkait langsung dengan anak. Belum bisa mandiin anak, stress. Belum bisa menenangkan anak nangis, stress. Belum bisa gendong bener, stress. Dan yang paling buruk adalah, belum munculnya bonding dengan anak yang membuat saya merasa bukan ibu yang baik.

Akibatnya, 3 minggu setelah melahirkan saya harus dibawa ke UGD jam 1 pagi dini hari karena maag akut .

Dalam situasi tertekan karena fisik dan mental yang ngga sehat, saat itu saya sempat berpikir untuk berhenti menyusui … sebuah pemikiran yang akan saya sesali sepanjang hidup seandainya benar terjadi.

Bagaimana saya melewati itu semua?

Kuncinya ada pada peran suami. Suami memegang peran besar dalam keberhasilan ibu menyusui, terutama ibu yang cranky seperti saya heheheh…

But seriously, menyusui bukan hanya tugas ibu tapi juga bapak. Ibu yang dalam kondisi depresi, akan menjadi cepat sehat kembali jika suami bisa memberikan rasa nyaman, support dan pengertian.

Saya bisa melewati masa buruk berkat dukungan suami tercinta, Adhitia Sofyan. Tak hanya selalu siap dengan makanan sehat untuk saya, Adhit juga tanpa lelah menemani saya begadang ngurus anak, membaca buku ini itu, google ini itu dan telepon ke sejumlah dokter untuk mencari solusi agar saya berkurang depresinya.

Adhit juga selalu berulang ulang meyakinkan saya kalau penampilan saya baik baik saja dan normal untuk ibu yang baru melahirkan. ‘Mimi tetap cantik, ngga berubah. Soal gendut, ntar juga ilang…” begitu katanya tiap kali saya mengeluhkan penampilan yang menurut saya gendut, jelek dan bau amis :)

Apakah aktifitas saya terganggu karena menyusui?

Sampai hari ini saya masih menyusui Ken ken paling tidak 10 kali sehari. Tiap malam saya terbangun sekitar 6 kali karena Ken Ken tidak berhenti menyusu meski tidur malam. Saya masih bekerja 14 jam sehari. Saya masih bisa jadi pembicara di banyak seminar.

Saya dengan sadar mengurangi waktu kumpul-kumpul teman di malam hari demi menyusui dan mengeloni Ken ken. Saya insya Allah tidak merasa kerepotan harus mengajak Ken Ken kemanapun saya pergi. Alhamdulillah, when we love what we do dan kita punya cita-cita besar dibelakangnya, segala hal menjadi lebih mudah...

Mengapa saya terus menyusui meski Kenken sudah hampir 2 tahun?

Selama ini, banyak ibu yang memutuskan berhenti menyusui setelah anak usia 6 bulan atau 1 tahun. Padahal walaupun sudah tidak menjadi makanan utama bagi bayi di tahun ke-2, ASI tetaplah yang terbaik di antara seribu satu susu formula.

UNICEF merekomendasikan selain pemberian makanan bergizi seimbang dan imunisasi, bayi usia 12-24 bulan disusui sesering mungkin. Tentu ada alasan kuat kenapa para ibu diimbau untuk menyusui bayinya memasuki tahun kedua.

1. ASI di tahun kedua kandungan faktor imunitasnya meningkat

Penelitian menyebutkan zat antibodi tersedia dalam jumlah besar pada ASI selama masa menyusui. Tapi ternyata sebagian faktor kekebalan dalam ASI konsentrasinya meningkat selama tahun kedua dan selama proses penyapihan (weaning).

2. Pemberian ASI setelah bayi 6 bulan cegah risiko alergi dan asma

Salah satu cara terbaik mencegah alergi dan asma adalah menyusui eksklusif selama enam bulan dan meneruskannya hingga si kecil berusia 2 tahun. Memperpanjang pemberian ASI berarti menunda selama mungkin bayi bersinggungan dengan zat penyebab alergi. ASI sendiri membantu mempercepat pematangan lapisan pelindung dalam usus bayi, melapisi usus bayi dan menghalangi masuknya molekul penyebab alergi ke dalam darah bayi serta memberi perlindungan antiradang sehingga menekan risiko infeksi pemicu alergi

3. ASI perkecil risiko sakit anak usia 16-30 bulan

American Academy of Family Physicians melihat anak-anak yang disapih sebelum usia dua tahun meningkat risikonya (AAFP 2001). Penelitian lain menyebutkan anak usia 16-30 bulan yang disusui lebih jarang sakit, kalaupun sakit maka sakitnya lebih singkat dibanding anak sebaya yang tidak disusui

4. ASI dibutuhkan anak yang sakit

UNICEF merekomendasikan anak di bawah tiga tahun yang sakit agar diberi ASI, karena ASI merupakan makanan bergizi yang paling mudah dicerna saat si kecil kehilangan nafsu makan

5. ASI di tahun kedua lebih kaya nutrisi

Penelitian dr. Dror Mandel, dkk, menyatakan ASI dari ibu yang menyusui lebih dari satu tahun kandungan lemak dan energinya meningkat dibanding ASI dari ibu yang menyusui lebih singkat

6. ASI di tahun kedua sumber lemak dan vitamin A tak tergantikan

Berdasar penelitian Adelheid W. Onyango dkk menyimpulkan ASI merupakan sumber lemak dan vitamin A yang tak tergantikan oleh makanan sapihan apapun
Pada tahun kedua (12-23 bulan) setiap 448 ml ASI memenuhi kebutuhan anak :

* 29% dari kebutuhan energinya
* 43% dari kebutuhan proteinnya
* 36% dari kebutuhan kalsiumnya
* 75% dari kebutuhan vitamin A
* 76% dari kebutuhan folatnya
* 94% dari kebutuhan vitamin B-12
* 60% dari kebutuhan vitamin C


Mitos seputar menyusui

1. Stres Menyebabkan ASI kering

Memang benar bahwa stres dapat menyebabkan terhentinya aliran ASI, namun hal tersebut hanya bersifat sementara. Banyak ibu-ibu yang mengaku tidak bisa memberikan ASI karena stres atau emosinya sedang bergejolak, terutama mereka yang mengalami bencana.

Padahal jika seorang ibu tidak bisa mengeluarkan ASI, hal yang justru harus dilakukan ibu adalah tetap menyusu. Ketika seorang anak menyusu pada ibunya, aliran darah ibu akan lancar dan hormon anti stres (oxcytoxin) akan dikeluarkan sehingga dapat meredakan ketegangan dan stres ibu yang akhirnya mendorong produksi ASI berjalan normal kembali.

2. Puting Susu Masuk Ke Dalam Tidak Bisa Menyusui

Siapa bilang ibu yang puting susunya masuk tidak bisa menyusui? anggapan ini benar-benar harus dihilangkan. Masyarakat terutama para ibu harus tahu bahwa anak menyusui bukan pada putingnya, tapi pada payudara si ibu.Masalah puting susu hanyalah masalah pede saja
Puting susu hanya sebuah marker saja yang terletak pada payudara ibu. Masalahnya, masyarakat menduga bahwa ASI dikeluarkan dengan cara disedot dari puting. Yang sebenarnya terjadi adalah, ASI keluar dengan cara diperah, bukan pada putingnya tapi pada area yang berwarna hitam.

3. Ibu Dengan Gizi Kurang Tidak Mampu Menyusui

Mitos ini tidak sepenuhnya benar. Hanya ibu dengan keadaan gizi yang sangat buruk yang tidak dapat memproduksi ASI cukup. Namun pada ibu yang memang tidak terlalu sehat, semakin sering disusukan produksi ASI justru akan semakin baik. Isapan bayi justru dapat merangsang saraf otak untuk terus memproduksi hormon yang bertugas mengeluarkan ASI, Namun ibu menyusui harus tetap mendapatkan makanan tambahan pula agar dapat menyusui dengan baik.

4. Bila Menyusui Terhenti Tidak Dapat Menyusui Kembali

Jangan salah, menyusui kembali setelah terhenti sementara dapat dilakukan. Teknik yang dilakukan disebut dengan teknik relaktasi. ASI yang sudah lama tidak diproduksi dapat dirangsang kembali meskipun sudah lama tidak menyusui. ASI tidak akan pernah basi, jika tidak dikeluarkan maka tubuh akan menyerapnya kembali, dan ketika dibutuhkan maka akan keluar lagi. Teknik relaktasi ini akan membantu para ibu agar dapat menyusui kembali dengan menggunakan modifikasi alat bantu menyusui.

5. Ibu Yang Sedang Sakit Dapat Menularkan Sakitnya Melalui ASI

Jangan pernah punya anggapan seperti ini, kecuali Anda yang punya penyakit berat seperti HIV atau hepatitis. Seorang ibu yang sedang sakit, contohnya flu tidak akan menularkan sakitnya pada si anak karena dalam ASi sendiri terkandung antibodi yang merupakan inhibitor untuk virus atau bakteri.

6. Bayi Sedang Diare Perlu Cairan Tambahan Seperti Air dan Teh

Bayi yang diare tidak perlu diberi cairan lain karena ASI mengandung 90 persen cairan yang dibutuhkan untuk bayi. Pemberian cairan lain bisa berbahaya karena dalam keadaan darurat seringkali terkontaminasi yang justru dapat memperparah diarenya.

Jika sudah tahu bahwa mitos-mitos itu salah, tidak ada alasan lagi bagi ibu untuk tidak memberikan ASI karena ASI adalah satu-satunya makanan terbaik, sempurna, bersih, aman, gratis, tersedia setiap saat, dan yang paling penting yaitu dapat menguatkan kasih sayang ibu dan bayi.

*data dirangkum dari berbagai sumber.

***

Last but not least, let's make a better Indonesia by breastfeeding our baby. Its easy, its cheap and all moms can do!

Selamat Menikmnati dan mengisi Hari Kemerdekaan dengan hal nyata yang insya Allah semua ibu bisa lakukan. Amien.

Follow my Twitter http://twitter.com/iimfahima


Tidak ada komentar: