Daisypath Anniversary Years Ticker
Lilypie Kids birthday TickerLilypie Kids birthday Ticker


Rabu, 20 Juli 2011

Masuk TK A

Alhamdulillah, gak terasa si dedek udah gede aja. Perasaan baru kemarin ngelahirin dia, eh sekarang udah sekolah.
Dari hari Senin tanggal 18 Juli kemarin si dedek sudah masuk sekolah di TK Qurrota 'Ayyun yang di komplek. Kemarin pas nanya-nanya pendaftaran, lihat di brosurnya, untuk yang TK A umur minimal 3 tahun 8 bulan per Juli 2011 ini (nah lho sementara si dedek bulan ini 3 tahun 7 bulan, nanggung banget kan?).

Kata si papa sih ya kalau bisa masuk TK A saja deh, biar gak kelamaan di TK-nya seperti kakak dulu, yang akhirnya sempat mogok sekolah (ini ceritanya panjang).
Tapi kalau gak boleh ya apa boleh buat, dari playgroup dulu deh, gak apa-apa.
Alhamdulillah kemarin itu pas papa daftarin si dedek, pihak sekolahnya memperbolehkan si dedek untuk masuk TK A.

Nah, sudah dua hari ini si dedek masuk sekolah, meski masih angot-angotan, kadang semangat sekolah kadang gak mau. Kalau pas ditelpon mah bilangnya seneng sekolahnya. Pas malamnya ngobrol-ngobrol, eh dia bilang gak mau sekolah.
Tapi kata si mbak pengasuhnya mah kalau pas waktunya sekolah dia mau kok berangkat.
Kemarin juga sudah ditinggalin aja di kelasnya gak apa-apa, ga nangis.
Tapi giliran pas mau pulang katanya nangis. Waktu ditanyain kenapa nangis, katanya karena dia dapat giliran dipanggil namanya terakhir dan ada temannya yang nangis jadinya ikutan nangis *haiyah ada-ada saja.
Mudah-mudahan hari ini sukses ya dek........

Selasa, 05 Juli 2011

Pusing-pusing Dah!

Widih ngapain emang kok tiba-tiba posting dengan judul "Pusing-pusing Dah!". He...he....he....ada ceritanya nih, campur aduk emosi, perenungan alias introspeksi diri *ambil nafas #halah.
Ini cerita tentang pernikahan, cerita tentang berbagai dana *yang pasti bukan Dana Iswara ha....ha....ha....

Cerita tentang pernikahan, suka bingung lihat orang yang ngadain pesta buat pernikahannya secara itu membutuhkan dana yang tidak sedikit. Agak matre ya. Baiklah kalau begitu, terserah Anda menilai......

Entah kenapa saya agak kurang suka dengan orang yang menghambur-hamburkan uangnya untuk biaya pernikahan, karena menurut saya pernikahan alias walimah itu ga harus mengeluarkan biaya yang guedhe itu. Apalagi masih banyak yang beranggapan "kan nanti bisa balik modal dari uang sumbangan dari undangan".
Ye............ya kalau para undangan itu ngasih amplopnya sesuai harapan kita, kalau gak, berapa banyak tuh orang tua dan para pengantin yang stress gara-gara utang biaya pernikahan. Mau.......dikejar-kejar utang????????? :p
Ya kalau keluarga Anda atau keluarga besan/mertua Anda kaya raya *tapi gak jaminan juga kalau Anda gak bisa mengelolanya karena yang namanya harta kalau tidak dikelola dengan baik bakalan habis juga.

Mengenai pernikahan alias walimah itu kan prinsipnya (mohon dikoreksi kalau salah) adalah ijab kabul, ada penghulu, ada saksi, dengan mengundang tetangga sekitar untuk 'mengumumkan' pernikahan tersebut. Jadi kadang saya suka heran saja ada yang bermegah-megahan alias bermewah-mewahan (padahal utang), masih lagi ngadain apa ya namanya ngunduh mantu kalau orang Jawa bilang (gedhe-gedhean juga).
Alhamdulillah ibu saya dulu berprinsipnya sama seperti saya. Ibu saya ga mau nerima sumbangan (dipikir-pikir enak apa nerima sumbangan itu? Nanti kalau yang nyumbang itu ada hajat, kita harus nyumbang minimal sebesar dia nyumbang, kalau bisa di atas itu. Makanya kalau di Jawa itu suka dicatat si ini nyumbang berapa, si itu nyumbang berapa. Ya kalau pas kita punya uang, kalau gak ada? Apakah utang hanya untuk gengsi? #meh)

Kalau saya berpikirnya yang namanya pernikahan itu adalah apa yang akan kita jalani setelah akad nikah itu. Bagaimana kehidupan setelah walimah itu.
Setelah menikah bagi saya itu harus memikirkan kita akan tinggal di mana? Apakah di rumah keluarga kita, mertua kita, rumah kontrakan, atau bahkan rumah kita sendiri.
Kalau saya dari dulu prinsipnya kalau sudah nikah itu usahakan tidak menumpang, baik di rumah keluarga maupun di rumah mertua. Kami harus mandiri.
Ibarat kata rumah gubuk juga ga apa-apa.

Saya juga mikirnya gak selamanya tinggal di rumah kontrakan, meski kecil, sederhana, usahakan bisa mencicil beli rumah (Alhamdulillah sekarang sudah terwujud).
Kalau untuk kendaraan, dulu berpikirnya ya semampunya, mampunya motor ya beli motor (Alhamdulillah sekarang kami mampu untuk mencicil mobil).

Terus mikir juga tentang biaya pendidikan anak *nah ini yang tadi saya sebut-sebut tentang dana itu.
Ternyata guuuuuuuuuuuueeeeeeeeeeeeeeeeeeeedheeeeeeeeeee bangettttttttttttttttt, bisa dilihat di twittter ataupun websitenya para Financial Planner, yang kenaikannya bisa mencapai 15-40%. Hiiiiiiiiiiiii ngeri............
Misalnya sekarang biaya kuliah 100 juta, nantinya akan menjadi 1,96 M (milyar sodara-sodara, bukan Mber :p) gimana gak pusing kalau kita gak tau bagaimana mengatur uang kita.

Belum lagi biaya kesehatan, yang namanya punya anak, imunisasi, kalau sakit yang ke dokterlah, dan sebagainya (kan punya asuransi kesehatan, mbak? Oke, cukup gak? tercover gak? Tambah pusing).

Dana pensiun (kan PNS dapat pensiun mbak? Yakin cukup, ingat cuma 75% (kalau ga salah dari gaji pokok (GAJI POKOK, SODARA-SODARA! GA ADA TUNJANGAN-TUNJANGAN)), dana kesehatan setelah pensiun, apalagi ya.......... nanti deh kapan-kapan saya tulis lagi deh.

Pusing-pusing dah!