Daisypath Anniversary Years Ticker
Lilypie Kids birthday TickerLilypie Kids birthday Ticker


Jumat, 14 Agustus 2009

AA dan DHA pada Makanan/Susu Bayi

Barusan baca-baca arsip di milis Gizi_BayiBalita, ada artikel tentang AA dan DHA pada makanan bayi, saya copy paste saja, semoga bermanfaat.


Kontroversi penambahan AA dan DHA pada makanan bayi
08/09/2006 - Dr Widodo Judarwanto SpA

Saat ini sebagian besar susu formula atau makanan bayi selalu ditambah bahan DHA
(docosahexaenoic) dan AA (arachidonic acid). Promosi makanan bayi selalu
didominasi oleh "ikon" formula kecerdasan tersebut. Orang tua pasti akan
terhanyut dengan promosi ini. Sehingga susu dan makanan bayi tanpa bahan
tersebut pasti kalah bersaing di pasaran padahal harganya relatif lebih mahal.

Yang lebih tragis rayuan promosi ini, kadang menenggelamkan kehebatan manfaat
ASI. Benarkah AA dan DHA berpengaruh terhadap kecerdasan? Amankah pemberian AA
dan DHA secara jangka panjang pada bayi dan anak?

British Nutrition Foundation, ESPGAN (European Society for Pediatric
Gastroenterology and Nutrition), WHO (World Health Organization) dan FAO(Food
Agriculture Organization) merekomendasikan penambahan DHA dan AA hanya perlu
untuk susu formula bayi prematur. Secara teoritis dan bukti klinis penambahan
tersebut hanya bermanfaat untuk bayi prematur.

Sedangkan Canadian Joint Working Group and US committee dan American Academy for
Pediatric belum merekomendasikan pemberiannya pada susu formula bayi, karena
keterbatasan pengalaman klinik dan saat ini sedang dilakukan penelitian untuk
jangka panjang. Terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan hasil bermanfaat
tetapi banyak penelitian lain menunjukkan tidak terbukti
manfaatnya untuk kecerdasan bayi.

LATAR BELAKANG PEMBERIAN

Kualitas manusia sangat ditentukan oleh pertumbuhan dan perkembangannya sejak
dini. Pemenuhan gizi yang baik dan benar merupakan modal dasar agar anak dapat
mengembangkan potensi genetiknya secara optimal. Zat gizi yang diberikan harus
tersedia secara tepat baik kualitas maupun kuantitasnya.

Mulai dari protein dengan asam aminonya baik yang esensial maupun non-esensiel,
sumber kalori, berupa karbohidrat ataupun lemak, vitamin, dan mineral.

DHA dan AA adalah komponen terbesar dari long-chain polyunsaturated fatty acids
(LC-PUFA), merupakan bahan yang sangat penting bagi organ susunan saraf pusat.
DHA penting untuk pembentukan jaringan saraf dan sinap,sedangkan AA berperan
sebagai neurotransmitter sebagai suatu bentuk asam lemak yang essensial LC-PUFA
harus ditambahkan pada makanan.

Asam lemak esensial sebenarnya terdiri dari asam linoleat (AL) atau "linoleic
acid" (LA), asam linolenat (ALN) atau "?-linolenic acid" (ALA) serta asam
arachidonic atau "arachidonic acid" (AA). Asam lemak ini tidak bisa dibuat oleh
tubuh baik dari asam lemak lain maupun dari karbohidrat ataupun asam amino.

Asam arachidonic dapat dibuat dari asam linolenat (seri n-6), karenanya yang
dianggap sebagai asam lemak esensial hanyalah asam lemak lenolenat dan asam
lemak linolenat. Kedua asam lemak esensial ini tidak dapat saling berubah dari
yang satu menjadi yang lain serta berbeda baik dalam metabolisme maupun
fungsinya, bahkan secara fisiologik keduanya mempunyai fungsi yang berlawanan.

Penelitian pemberian AA/DHA pada bayi prematur terbukti menunjukkan bahwa
pemberian LC-PUFA sebagai suplemen dapat meningkatkan kemampuan visual dan
perkembangan sistem saraf terutama pada bayi prematur. Proses pembuatan DHA
maupun AA difasilitasi oleh enzim desaturase dan elongase. Aktifitas kedua enzim
ini masih sangat kurang pada bayi prematur bahkan pada bayi aterm sampai usia
4-6 bulan. Karenanya penambahan DHA dan AA pada bayi prematur lebih relevan
diberikan, dengan dosis yang mengacu pada kandungan asam lemak dalam ASI.

PENELITIAN KONTROVERSIAL

Manfaat pemberian AA dan DHA pada bayi cukup bulan dan anak dianggap masih
kontroversial. Beberapa penelitian pendahuluan mengklaim bahwa pemberian zat AA
dan DHA meningkatkan perkembangan tingkat kecerdasan tertentu dan kemampuan
visual anak.

Sebuah penelitian menunjukkan adanya peningkatan fungsi penglihatan pada bayi
yang mendapatkan susu formula dengan suplementasi AA/DHA dibandingkan yang
mendapatkan susu formula biasa, dengan melihat indikator perilaku dan
elektrofisiologi mata pada bayi berumur 2 dan 4 bulan. Beberapa pakar menilai
beberapa penelitian suplementasi AA/DHA tersebut terdapat kelemahan sehingga
tampaknya tidak universal dapat digunakan sebagai acuan.

Banyak pakar berpendapat bahwa enzim yang berfungsi untuk proses biosintesa
asam-asam lemak esensial menjadi DHA dan AA sudah tersedia di sistem syaraf
pusat dan hati di janin dan bayi. Teori inilah yang mematahkan pendapat bahwa AA
dan DHA perlu diberikan pada anak dan bayi. Sehingga
banyak penelitian juga mengungkapkan bahwa penambahan DHA dan AA pada susu
formula, ternyata tidak terbukti meningkatkan kemampuan penglihatan dan sistem
saraf bayi.

Hasil penelitian Ross Paediatric Lipid Study di Amerika Serikat pada tahun 1997
yang menunjukkan tidak adanya perbedaan pertumbuhan dan fungsi penglihatan pada
bayi yang diberi DHA dan AA di 12 bulan pertama.

American Council on Science and Health juga menyimpulkan bahwa tidak ada cukup
bukti-bukti ilmiah untuk mendukung penambahan DHA dan AA pada formula untuk bayi
yang lahir normal. Demikian juga penelitian yang dilakukan David dkk ternyata
pemberian AA dan DHA tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada Bayley Mental
Scale, Bayley Motor Scale, Vocabulary Comprehension andProduction Scale.

Meskipun demikian Food and Drug Administration (FDA) memberikan ijin kepada
Abbott Laboratories dan Mead Johnson Nutritionals untuk mengedarkan
susu formula dengan suplementasi AA/DHA pada tahun 2002. Harganya sekitar 20%
persen lebih mahal dibandingkan dengan susu formula tanpa suplementasi.

WASPADAI PEMBERIAN AA DAN DHA

Pada bayi cukup bulan atau anak besar pemberian suplemen DHA dan AA perlu
diteliti lebih jauh mengingat adanya kemungkinan efek samping yang belum
terdeteksi dan teruji. Pemberian lemak yang berlebihan dapat menyebabkan
kegemukan, serta penyakit jantung bahkan dapat menimbulkan keganasan; dapat
meningkatkan kadar kolesterol, dan LDL yang dapat memacu terjadinya
aterosklerosis dan penyakit jantung koroner.

Hal ini sangat tergantung pada jumlah energi yang berasal dari lemak, komposisi
dari asam lemaknya, komposisi dari lipoprotein, diet serat yang dikonsumsi,
antioksidan, aktifitas, serta derajat kesehatannya. Pada anak yang tidak aktif
konsumsi lemak tidak boleh melebihi dari 30% kebutuhan energi. .

Penelitian yang dilakukan penulis terhadap 256 bayi dengan riwayat alergi yang
melakukan rawat jalan di Children Allergy Center Rumah Sakit Bunda Jakarta
didapatkan 34 (13%) bayi mengalami reaksi simpang terhadap AA dan DHA.

Setelah dilakukan eliminasi provokasi susu formula AA/DHA dan susu tanpa AA/DHA
dengan jenis yang sama. Gejala yang ditimbulkan karena pengaruh reaksi simpang
tersebut antara lain adalah dermatitis, batuk dan gangguan saluran cerna berupa
muntah, diare atau konstipasi.

Reaksi simpang makanan yang berlangsung lama bukan hanya mengganggu pertumbuhan
tetapi juga mempengaruhi perkembangan dan perilaku anak seperti hiperaktif,
gangguan konsentrasi, gangguan tidur, gangguan emosi dan gangguan belajar dan
gangguan perilaku lainnya.

Pemberian DHA pada formula bayi lanjutan ataupun pada makanannya perlu
dipertimbangkan lebih cermat. Pada bayi yang aterm ataupun anak besar sudah
dapat mensintesa DHA maupun AA dari LC-PUFA sesuai dengan kebutuhannya.

Sedangkan pemberian DHA yang berlebihan dapat menekan proses pembentukan AA,
serta dapat menekan aktifitas ensim siklooksigenase yang memfasilitasi
pembentukan prostaglandin PGH2 dan PGH3 dari AA, sehingga dapat menghambat
pembentukan prostaglandin berikut tromboksan dan leukotrin, dapat menyebabkan
terhambatnya respons terhadap proses keradangan khususnya pada pelepasan
interleukin-1 dan TNF, memanjangnya masa perdarahan, menurunnya renin yang turut
dalam pengontrolan fungsi ginjal.

Overdosis DHA pada manusia, sejauh ini baru terlihat dialami orang Eskimo yang
banyak mengkonsumsi ikan laut. Gejalanya berupa perdarahan, mirip flek-flek
berwarna kebiruan di kulit. Efek yang lain baru ditemukan pada monyet maupun
tikus, tapi gejalanya berbeda.

Bagaimana orang tua untuk menyikapinya untuk masalah ini? Pertimbangan utama
dalam pemilihan susu formula yang terbaik adalah yang sesuai dengan kondisi anak
dan tidak mengakibatkan reaksi simpang yang mengganggu fungsi organ tubuhnya.

Pertimbangan lain adalah masalah harga harus disesuaikan dengan ekonomi keluarga
serta kesediaan barang dan distribusi yang berkelanjutan di pasaran. Kandungan
zat tambahan (AA, DHA, dll), harga mahal, disukai bayi dan merek terkenal
bukanlah pertimbangan utama dalam pemilihan susu formula pada anak.

Secara umum semua susu formula yang beredar resmi di Indonesia kandungan gizinya
sama. Karena mengikuti standard RDA (Recomendation Dietery Allowence) dalam
jumlah kalori, vitamin dan mineral harus sesuai dengan kebutuhan bayi dalam
mencapai tumbuh kembang yang optimal. Tetapi apapun juga, yang pasti ASI masih
tetap yang terbaik.

Dr Widodo Judarwanto SpA
CHILDREN ALLERGY CENTER, Rumah Sakit Bunda Jakarta
PICKY EATERS CLINIC (KLINIK KESULITAN MAKAN ANAK),
Jl Rawasari selatan 50 Cempaka Putih Jakarta Pusat
Telepon : (021) 4264126 - (021) 70081995 - (021) 31922005


Sumber:
http://ratnarespati.com/2008/09/10/seberapa-pentingkah-dha-dalam-susu/

Tidak ada komentar: